Event CMO Insider Breakfast di Cannes Lions

#Iklans.com – Pada 26 Juni 2025, #Business #Insider menyelenggarakan sesi khusus #CMO #Insider #Breakfast di #Cannes #Lions. Acara ini mempertemukan sejumlah pemimpin marketing ternama seperti #Jessica Apotheker (CMO BCG), #will.i.am (founder FYI.Ai), serta para CMO dari #perusahaan global—Mercedes‑Benz USA, e.l.f. Beauty, Citi, dan Salesforce—untuk membahas bagaimana #AI #(kecerdasan buatan) menjadi pengubah utama dalam strategi #pemasaran dan koneksi dengan #konsumen
Baca Juga : Strategi Marketing Online yang Efektif untuk UMKM
1. Katalis kreatif: will.i.am dan FYI.Ai
- Menurut will.i.am, AI saat ini masih dalam tahap awal, “Pac‑Man,” belum sampai ke level “Halo”. Ini berarti masih dibutuhkan imajinasi manusia untuk mengarahkan dan melatihnya
- FYI.Ai bekerja sama dengan Arizona State University untuk membantu mahasiswa mengembangkan “agen AI pribadi” mereka, agar dapat bersaing di dunia kerja yang semakin terotomasi
2. Investasi besar CMO: survei BCG
- Survei BCG pada lebih dari 200 CMO menunjukkan bahwa 71% berencana menginvestasikan lebih dari $10 juta per tahun untuk AI—naik dari 57% pada tahun sebelumnya
- Namun, investasi besar ini belum banyak menunjukkan ROI yang solid; sebagian besar perusahaan masih dalam tahap awal penerapan AI .
- Aplikasi saat ini meliputi: optimalisasi alur konten, personalisasi depth, dan penggalian wawasan pasar .
3. Transformasi tim dan kompetensi
- Jessica Apotheker menekankan perlunya keseimbangan antar keahlian: analisis data (left-brain) dan kreativitas (right-brain). Tim marketing masa depan harus kuat di kedua sisi ini .
- CMO harus menjadi agen perubahan, tidak hanya dalam marketing, tapi juga untuk layanan dan penawaran perusahaan secara global
4. Fokus pada pengalaman & koneksi konsumen
a. Mercedes‑Benz USA
- CMO Melody Lee menyebut digital experience—seperti kemampuan menyalakan mobil lewat aplikasi—harus selancar interaksi elektronik pada umumnya, karena konsumen menuntut integrasi di setiap aspek kehidupan
b. e.l.f. Beauty
- Chief Brand Officer Laurie Lam dan CMO Kory Marchisotto aktif mengumpulkan feedback via email dan sosial media. Mereka juga menggunakan platform seperti Roblox dan Twitch untuk menjangkau audiens muda mereka
- Pesan mereka: jangan takut mencoba platform baru. Kunci sukses di sana bukan konten bombastis, tapi kehadiran dan keaslian .
Baca Juga : Periklanan Offline: Strategi Tradisional yang Masih Efektif di Tengah Dominasi Digital
c. Citi
- CIO Alex Craddock mengungkap percepatan penggunaan AI dari “0 ke 250 mph” dalam enam bulan terakhir, dimulai dari summary laporan hingga pembuatan konten visual via Adobe Firefly.
- Meski awalnya waspada agar tidak merusak kepercayaan, kini mereka mulai memanfaatkan AI secara bertahap .
d. Salesforce
- Ariel Kelman menyebut penggunaan AI untuk menangani 80% percakapan awal dengan prospek, sehingga mempercepat response time hingga sekitar 40%, serta meningkatkan efisiensi operasi internal.
5. Jiwa eksperimen: Kesediaan mengambil risiko
Para eksekutif menegaskan bahwa AI masih di tahap awal. Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah rasa ingin tahu, keberanian, dan kemauan untuk bereksperimen—kadang dengan risiko kegagalan .
6. Konteks yang lebih luas: Tanda-tanda tren besar
a. Pergeseran landskap iklan dan agensi
- Banyak perusahaan kini mempertimbangkan otomatisasi iklan, ada yang berhasil menghemat hingga 25% anggaran agensi melalui AI .
- Tren ini menegaskan bahwa model agensi tradisional akan bergeser ke arah efisiensi performa dan bangunan brand berbasis teknologi .
b. Melejitnya kolaborasi dengan kreator & influencer
- Influencer kini bukan hanya pendukung kampanye, tapi mitra konten strategis yang mampu mendongkrak engagement brand. Contoh besar: kolaborasi Nike dengan Khaby Lame—500 juta views—sebagai gambaran potensi sinergi ini.
7. Dilema brand dan praktis etik AI
- Regulasi dan cakupan etika menjadi perhatian utama: BCG misalnya menetapkan agar asisten AI memiliki suara yang jelas “robotik” serta nama yang tidak memunculkan gender untuk menghindari bias stereotip .
- Pada Cannes 2025, entri kompetisi diwajibkan menyebutkan penggunaan AI, untuk transparansi dan penilaian yang lebih adil.
8. Kesimpulan: AI sebagai Mitra, Bukan Pengganti
- AI adalah alat augmentatif, bukan pengganti kreativitas manusia.
- Tim marketing harus membangun kombinasi hard & soft skills—data-driven sekaligus kreatif agresif.
- Tujuan utama adalah pengalaman konsumen: seamless, personal, dan autentik.
- Eksperimen tetap kunci: kesediaan gagal-luar biasa dalam inovasi adalah sinyal kemajuan.
- Brand harus berpikir etis dan transparan dalam penerapan teknologi.
✨ Takeaway Strategis untuk UMKM & Brand
- Gunakan AI untuk otomasi dan eksperimentasi, bukan untuk menggantikan elemen brand human-centered.
- Integrasikan analisis data dalam perencanaan konten, kampanye, dan operasional digital.
- Jalani multi-channel engagement: dari media sosial sampai aplikasi, dari digital native ke fisik.
- Dorong budaya uji-coba, belajar dari kegagalan, dan dorong adaptasi yang cepat.
- Terapkan praktik AI yang etis: transparan dalam penggunaan, hati-hati terhadap bias, dan hormati kepercayaan pelanggan.
Acara ini menggambarkan tonggak transformatif untuk dunia marketing: AI bukan hanya tren, tapi penggerak strategi masa depan yang membutuhkan kreativitas manusia, keberanian, dan kematangan etis.
Baca Juga : Risiko dan Kerugian UMKM Jika Tidak Memanfaatkan Fitur Iklan di Media Sosial