Behind The Scenes: Bagaimana Proses Kreatif Pembuatan Iklan Viral
#Iklans – #Behind The Scenes: Bagaimana Proses Kreatif Pembuatan #Iklan Viral – Di era #digital yang serba cepat, #iklan tidak lagi hanya soal menyampaikan pesan produk, tetapi tentang menciptakan pengalaman yang berkesan dan mampu memicu percakapan publik. Iklan yang berhasil viral sering kali terlihat sederhana dan spontan, namun di balik layar, terdapat proses kreatif yang panjang, penuh riset, dan #strategi yang matang. Artikel ini akan mengupas bagaimana sebenarnya proses kreatif di balik pembuatan iklan viral, dari awal perencanaan hingga tayang di hadapan jutaan penonton.
Baca Juga: Emotional Branding: Bagaimana Iklan Bisa Menyentuh Hati Audiens

1. Memahami Brief dan Riset Audiens
Segala proses kreatif dimulai dari brief. Di tahap ini, tim kreatif mendapatkan arahan dari klien terkait tujuan kampanye, target pasar, pesan utama, serta batasan anggaran dan waktu. Brief yang baik bukan hanya menjelaskan produk, tetapi juga menggambarkan nilai-nilai yang ingin disampaikan dan perasaan apa yang diharapkan muncul di benak audiens.
Setelah memahami brief, langkah berikutnya adalah melakukan riset audiens. Tim kreatif harus tahu dengan siapa mereka berbicara — mulai dari usia, gaya hidup, ketertarikan, hingga tren budaya yang sedang populer. Proses ini penting untuk memastikan bahwa pesan iklan relevan dan mampu menembus kebisingan informasi di media sosial. Misalnya, audiens Gen Z lebih menyukai pendekatan yang lucu, santai, dan autentik, sementara segmen dewasa mungkin lebih menghargai pesan emosional dan inspiratif.
Riset juga meliputi benchmarking terhadap kampanye-kampanye terdahulu, baik yang sukses maupun gagal, untuk mengetahui formula yang efektif. Dari sinilah fondasi ide kreatif dibangun.
2. Brainstorming dan Pengembangan Ide
Tahap selanjutnya adalah brainstorming, di mana tim kreatif bertukar ide tanpa batasan. Tidak ada ide yang dianggap buruk pada tahap awal — semua kemungkinan dibuka. Dari ide-ide “liar” inilah sering kali muncul gagasan besar yang tak terduga.
Setelah sesi brainstorming, ide-ide tersebut diseleksi dan disaring. Tim kemudian mencari “big idea” — sebuah konsep utama yang menjadi jiwa dari seluruh kampanye. Big idea ini harus memenuhi tiga syarat: relevan dengan audiens, sesuai dengan identitas brand, dan memiliki potensi untuk memancing emosi atau reaksi publik.
Sebagai contoh, kampanye “Cari Pahala” dari Go-Jek menjadi viral karena menggabungkan pesan kebaikan di bulan Ramadan dengan pendekatan ringan dan ceria melalui tokoh anak kecil. Konsep yang sederhana, namun kuat secara emosional dan mudah diingat.
3. Penulisan Naskah dan Storytelling
Setelah konsep disepakati, tahap berikutnya adalah penulisan naskah (scriptwriting). Di sinilah ide dituangkan dalam bentuk cerita yang menarik. Storytelling memegang peranan penting karena manusia cenderung lebih mudah terhubung dengan cerita daripada sekadar pesan promosi.
Penulis naskah akan merancang struktur cerita: pembukaan yang menarik, konflik yang mengundang rasa ingin tahu, serta penutup yang memberikan kejutan atau pesan emosional. Unsur humor, nostalgia, atau inspirasi biasanya dimasukkan untuk memperkuat keterikatan emosional. Semua elemen — mulai dari dialog, ekspresi karakter, hingga tone suara — harus selaras dengan kepribadian brand.
Baca Juga: Social Media Listening: Menggunakan Data Percakapan untuk Strategi Iklan
4. Produksi: Dari Storyboard hingga Syuting
Setelah naskah disetujui, tim produksi mulai bekerja. Tahap ini mencakup pembuatan storyboard, pemilihan sutradara, aktor, lokasi, properti, hingga pengaturan pencahayaan dan kamera. Setiap detail visual dan audio harus dirancang untuk mendukung pesan yang ingin disampaikan.
Pada tahap syuting, improvisasi kadang diperlukan. Banyak momen viral muncul karena spontanitas di lapangan — entah ekspresi natural aktor atau situasi tak terduga yang justru menambah keautentikan pesan. Namun, improvisasi ini tetap diarahkan agar tidak keluar dari jalur konsep utama.
5. Post-Produksi dan Pengolahan Emosi
Selesai syuting bukan berarti pekerjaan selesai. Fase post-produksi justru menjadi titik di mana iklan mulai hidup. Proses editing akan menentukan ritme, emosi, dan kesan keseluruhan video.
Tim editor akan memilih adegan terbaik, mengatur transisi, menambahkan efek visual, musik latar, hingga color grading untuk menciptakan suasana tertentu — apakah hangat, dramatis, atau jenaka. Musik sering kali menjadi kunci dalam membangun koneksi emosional. Lagu yang tepat bisa membuat iklan lebih mudah diingat dan menyentuh hati penonton.
6. Strategi Distribusi dan Momentum
Iklan yang bagus tidak akan viral tanpa strategi distribusi yang cerdas. Pemilihan platform menjadi krusial: apakah iklan akan lebih efektif di televisi, YouTube, Instagram, atau TikTok? Setiap platform memiliki karakter dan algoritma yang berbeda.
Selain itu, kolaborasi dengan influencer atau Key Opinion Leader (KOL) sering digunakan untuk memperluas jangkauan dan menambah kepercayaan publik. Waktu rilis juga harus diperhitungkan. Misalnya, kampanye Ramadan sebaiknya diluncurkan menjelang minggu pertama puasa agar mendapat perhatian maksimal.
7. Kejutan dan Elemen Unik
Agar iklan viral, harus ada elemen “kejutan” atau keunikan yang membuat orang ingin membagikannya. Bisa berupa plot twist, humor tak terduga, atau gaya visual yang berbeda dari kebanyakan iklan.
Contoh nyata adalah iklan Ramayana yang memadukan pesan keagamaan dengan elemen komedi dan musik kasidah yang ringan. Hasilnya? Video tersebut ditonton jutaan kali dan menjadi bahan perbincangan luas di media sosial.
8. Evaluasi dan Pembelajaran
Setelah tayang, tim akan memantau performa iklan melalui data analitik: jumlah tayangan, engagement, komentar, hingga konversi penjualan. Dari sini, mereka dapat menilai seberapa besar dampak emosional dan komersial yang dihasilkan.
Umpan balik dari audiens menjadi bahan evaluasi untuk kampanye berikutnya. Kadang, versi pendek atau adaptasi konten dibuat ulang berdasarkan respons publik agar tetap relevan dan memperpanjang umur kampanye.
Baca Juga: Contextual Advertising: Alternatif Cerdas di Era Tanpa Cookies
Kesimpulan
Membuat iklan viral bukanlah hasil keberuntungan semata. Di baliknya ada proses kreatif yang terencana, melibatkan riset mendalam, ide besar yang kuat, storytelling yang menggugah, eksekusi teknis yang presisi, serta strategi distribusi yang tepat waktu.
Viral hanyalah hasil akhir dari kombinasi berbagai faktor — ide yang relevan, eksekusi emosional, dan waktu peluncuran yang pas. Namun satu hal yang paling penting, iklan yang benar-benar berhasil bukan hanya viral di dunia maya, tetapi juga mampu meninggalkan kesan mendalam di hati penontonnya.

