Iklans

02 Jul
Periklanan
20 views
0 Comments

Sejarah Panjang Periklanan: Dari Terompet Pasar ke Iklan Digital

Sejarah Panjang Periklanan: Dari Terompet Pasar ke Iklan Digital

#Iklans – #Periklanan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern. Di mana pun kita berada, kita hampir selalu bersentuhan dengannya—baik secara sadar maupun tidak. Mulai dari papan reklame raksasa di jalan raya, notifikasi promosi di layar ponsel, unggahan produk di media sosial, iklan yang tiba-tiba muncul saat menonton video, hingga pesan branding yang terselip di kemasan makanan ringan yang kita beli di minimarket. #Iklan kini hadir dalam berbagai bentuk dan format, menjelma menjadi bagian dari budaya komunikasi kita sehari-hari.

Jauh sebelum dunia mengenal internet, televisi, bahkan kertas cetak, manusia sudah berusaha untuk menyampaikan pesan komersial kepada sesamanya. #SejarahPeriklanan terbentang panjang—dimulai dari zaman peradaban kuno yang memanfaatkan simbol dan suara untuk menarik perhatian pembeli, hingga hari ini, di mana teknologi algoritma dan kecerdasan buatan digunakan untuk menayangkan iklan yang super tertarget.

Baca Juga : Panduan Membuat Promosi Digital di Media Sosial Facebook

Kini, periklanan tidak hanya soal promosi produk, tapi juga soal #branding, #strategikomunikasi, bahkan #pengaruhbudaya. Di era digital, batas antara iklan dan konten semakin tipis. Banyak kampanye disampaikan melalui cerita, pengalaman, bahkan humor—yang dibungkus secara halus namun tetap memengaruhi persepsi publik.

Akar Periklanan di Zaman Kuno

Bukti tertua tentang praktik periklanan ditemukan di Mesir kuno sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi. Di sana, para pedagang menggunakan papirus (semacam kertas dari tanaman) untuk membuat pengumuman penjualan budak atau barang. Salah satu iklan tertua yang tercatat bahkan menawarkan hadiah bagi siapa pun yang menemukan budak buron, sekaligus mengiklankan toko si pemilik.

Sementara itu, di Yunani dan Roma kuno, para penjaja barang memanfaatkan pengeras suara alami—yakni berteriak di pasar atau menggunakan alat musik untuk menarik perhatian. Mereka juga menulis iklan di dinding kota atau batu (sejenis grafiti) untuk promosi pertunjukan teater, pengumuman politik, dan bahkan iklan layanan.


Abad Pertengahan: Iklan Lisan dan Simbol Visual

Memasuki Abad Pertengahan di Eropa, tingkat melek huruf masyarakat sangat rendah. Maka, periklanan dilakukan secara lisan oleh juru kampanye atau “town crier”, yang keliling kota sambil membacakan pengumuman resmi dan iklan dari pedagang.

Pada masa ini, banyak toko atau pengrajin menggunakan simbol visual sebagai pengenal—seperti gambar sepatu di depan toko sepatu, atau gambar singa di kedai minuman. Simbol ini menjadi cikal bakal dari konsep logo dan branding visual yang kita kenal sekarang.


Era Percetakan: Lahirnya Iklan Cetak

Revolusi besar terjadi di abad ke-15 ketika Johannes Gutenberg menemukan mesin cetak. Teknologi ini memungkinkan produksi buku, pamflet, dan surat kabar dalam jumlah massal—dan membuka jalan bagi iklan cetak pertama.

Pada tahun 1472, di Inggris, William Caxton membuat salah satu iklan cetak pertama berupa pamflet yang menampilkan pengumuman penjualan buku doa. Seiring waktu, iklan di surat kabar mulai lazim, menawarkan berbagai produk mulai dari buku, perhiasan, hingga jasa pengiriman.

Abad ke-18 hingga ke-19 menjadi masa keemasan iklan surat kabar. Perusahaan mulai menyewa agen iklan, dan industri periklanan modern pun mulai terbentuk.


Abad ke-19: Lahirnya Agensi Periklanan

Di tahun 1841, Volney B. Palmer mendirikan agen periklanan pertama di Philadelphia, Amerika Serikat. Ia bertugas sebagai perantara antara pengiklan dan surat kabar, menjual ruang iklan kepada bisnis lokal.

Namun baru pada akhir abad ke-19, agensi periklanan mulai memberikan layanan kreatif seperti penulisan naskah, desain iklan, dan riset pasar. Salah satu tokoh besar pada masa ini adalah Claude C. Hopkins, yang mempopulerkan konsep “reason why advertising”—iklan harus memberikan alasan logis kepada konsumen untuk membeli.


Abad ke-20: Ledakan Media dan Inovasi Iklan

Radio dan Televisi

Awal abad ke-20, periklanan menemukan media baru: radio. Iklan radio pertama disiarkan pada tahun 1922, dan dengan cepat menjadi saluran promosi populer, karena mampu menjangkau audiens yang lebih luas dan menciptakan suasana emosional lewat suara.

Tak lama kemudian, televisi mengambil alih panggung. Iklan TV pertama tayang pada tahun 1941 di Amerika Serikat. Dengan visual dan suara yang digabungkan, iklan televisi menjadi alat paling kuat dalam dunia pemasaran.

Era 1950–1980 dikenal sebagai masa keemasan periklanan, dengan kemunculan iklan-iklan ikonik dan kampanye kreatif besar. Agensi periklanan tumbuh menjadi perusahaan multinasional, seperti Ogilvy, BBDO, dan DDB.

Baca Juga : Panduan Lengkap Cara Membuat Promosi Digital di Media Sosial TikTok


Era Digital: Revolusi Total dalam Periklanan

Perubahan paling signifikan dalam sejarah periklanan terjadi pada akhir abad ke-20 hingga saat ini—yakni dengan munculnya internet dan media sosial.

Iklan di Internet

Iklan banner pertama muncul di web pada tahun 1994, dipasang oleh AT&T. Sejak itu, periklanan digital berkembang pesat. Muncul platform seperti Google Ads (2000), Facebook Ads (2007), YouTube Ads, dan banyak lagi.

Yang membuat iklan digital revolusioner adalah:

  • Penargetan spesifik: Berdasarkan usia, lokasi, minat, dan kebiasaan.
  • Biaya fleksibel: Bisa mulai dari puluhan ribu rupiah.
  • Data analitik real-time: Bisa melihat klik, konversi, dan hasil secara langsung.

Media Sosial dan Influencer

Dengan maraknya platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, muncul juga fenomena baru: influencer marketing. Konsumen kini lebih percaya rekomendasi dari tokoh online yang mereka ikuti, ketimbang iklan konvensional.

Konten iklan juga berubah bentuk: dari pesan satu arah menjadi interaktif, humanis, dan storytelling. Konsumen tak lagi hanya “ditargetkan”, tapi juga “dilibatkan”.


Periklanan Hari Ini: Kembali ke Manusia

Meski teknologi semakin canggih, inti dari periklanan tetap sama: menyampaikan pesan yang relevan, menarik, dan membujuk orang untuk bertindak. Di tengah banjir informasi digital, iklan yang jujur, otentik, dan menyentuh sisi emosional cenderung lebih berhasil.

Tren masa kini menunjukkan bahwa iklan yang sukses bukan hanya yang tampil mencolok, tetapi yang bernilai dan bermakna. Konsumen makin cerdas dan kritis—mereka ingin produk yang bukan hanya bagus, tapi juga peduli terhadap isu sosial, lingkungan, dan keadilan.


Penutup

Sejarah periklanan adalah cermin dari sejarah komunikasi manusia. Dari teriakan pasar di jalanan kota kuno, hingga algoritma canggih yang menyesuaikan iklan dengan perilaku pengguna, periklanan selalu mengikuti teknologi dan budaya yang berkembang.

Namun satu hal tak pernah berubah: iklan tetap merupakan seni untuk membujuk hati manusia.

“Doing business without advertising is like winking at a girl in the dark. You know what you’re doing, but nobody else does.” – Steuart Henderson Britt

Baca Juga : Panduan Lengkap untuk Membuat Promosi Digital di Platform Sosial Media YouTube

Tags: , , , , ,

Tinggalkan Balasan