Kisah Sukses UMKM Ayam Geprek Dengan Mengandalkan Media Sosial
#Iklans – Di tengah persaingan #bisnis di bidang #kuliner yang semakin ketat, kisah-#KisahInspiratif dari pelaku #UMKM terus bermunculan. Salah satunya adalah “Lara Pedas”, #usaha ayam geprek rumahan yang kini berkembang menjadi bisnis kuliner dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan. Bermula dari gerobak kecil di pinggir jalan, kini “Lara Pedas” memiliki tiga cabang dan menjadi contoh nyata bahwa tekad dan #StrategiDigital bisa mengubah hidup siapa pun.

Baca Juga : Risiko dan Kerugian UMKM Jika Tidak Memanfaatkan Fitur Iklan di Media Sosial
Awal Mula: Dari Dapur Kos Hingga Gerobak Pinggir Jalan
Pemilik “Lara Pedas”, Raka Permana (28), memulai usahanya di tahun 2019, beberapa bulan sebelum pandemi. Saat itu, ia baru saja menyelesaikan kuliah dan belum mendapat pekerjaan tetap. Terdesak kebutuhan, Raka memutuskan untuk menjual ayam geprek dari resep ibunya yang terkenal pedas dan gurih.
Dengan modal awal Rp 3 juta hasil tabungan dan pinjaman teman, Raka membeli bahan baku, wajan, kompor portable, dan menyewa gerobak bekas di pinggir jalan dekat kampus. Ia menamakan usahanya “Lara Pedas” karena level sambalnya yang bisa mencapai 100 cabai dan memberi sensasi pedas yang ‘menyiksa’ tapi bikin nagih.
Hari-hari awal, pembeli hanya datang dari kalangan mahasiswa sekitar. Namun, rasa khas sambal dan kriuk ayam tepung buatan Raka membuat usahanya cepat dikenal lewat mulut ke mulut.
Tersandung Pandemi, Bangkit Lewat Digital
Pada awal 2020, pandemi Covid-19 menghantam semua sektor ekonomi, termasuk kuliner. Raka sempat bingung karena gerobaknya sepi pelanggan, dan peraturan PSBB membuatnya harus menutup operasional. Dalam keterpurukan itu, ia mulai mencari cara lain untuk tetap bertahan.
“Waktu itu saya mulai belajar tentang digital marketing dari YouTube dan ikut webinar gratis,” kenangnya. Ia kemudian mulai membuka pre-order ayam geprek via WhatsApp dan Instagram. Raka juga membuat akun GoFood dan GrabFood, serta menggunakan Instagram Ads dengan biaya Rp 25.000 per hari untuk menjangkau pelanggan sekitar.
Tidak disangka, strategi digital tersebut justru membuka pasar baru. Pemesanan meningkat dan ia mulai menerima order untuk area lebih luas, bahkan dari kantor dan perumahan.
Branding dan Konsistensi di Media Sosial
Raka menyadari pentingnya branding. Ia membuat logo sederhana, desain menu yang menarik, serta mengelola akun Instagram @larapedas secara konsisten. Setiap hari, ia mengunggah foto ayam geprek dengan angle menarik, video pendek proses masak, dan testimoni pelanggan.
Salah satu strategi paling efektif yang ia gunakan adalah giveaway sambal pedas untuk followers baru. “Kami kasih tantangan makan level 50 dan direkam. Banyak yang ikut karena penasaran. Dari situ akun kami makin ramai,” ujarnya.
Raka juga menggandeng beberapa food vlogger lokal untuk mencicipi produknya secara gratis. Hasilnya, konten dari mereka menaikkan followers dan pesanan meningkat drastis.
Baca Juga : Periklanan Offline: Strategi Tradisional yang Masih Efektif di Tengah Dominasi Digital
Lonjakan Omzet dan Buka Cabang Baru
Memasuki tahun 2021, pesanan harian “Lara Pedas” bisa mencapai 150 porsi per hari. Dengan harga rata-rata Rp 22.000 per porsi, ia bisa meraup omzet hingga Rp 90 juta per bulan.
Melihat permintaan yang terus meningkat, Raka memberanikan diri membuka cabang baru di daerah lain. Ia merekrut dua karyawan, menyewa tempat kecil, dan menerapkan sistem operasional yang lebih rapi: mulai dari pencatatan stok, pengiriman bahan baku, hingga pelatihan SOP bagi tim dapur.
Hingga kini, “Lara Pedas” memiliki tiga cabang di Jakarta Selatan dan Depok, serta mempekerjakan lebih dari 10 orang, kebanyakan anak muda yang sebelumnya menganggur.
Kunci Sukses: Digital, Rasa, dan Koneksi Pelanggan
Menurut Raka, ada tiga hal utama yang membuat usahanya berkembang pesat:
- Kekuatan media sosial dan iklan digital
- Iklan sederhana dengan target lokasi terdekat ternyata sangat efektif untuk kuliner. Raka fokus di Instagram dan TikTok karena dua platform ini sangat visual.
- Cita rasa dan konsistensi
- Meski tergoda menambah banyak menu, Raka memilih fokus pada ayam geprek dan varian sambal. “Orang datang karena rasa dan pedasnya. Itu identitas kami,” katanya.
- Interaksi dengan pelanggan
- Raka sering membalas DM, repost testimoni pelanggan, dan membuat polling rasa. “Kami jadikan pelanggan sebagai bagian dari perjalanan bisnis,” ungkapnya.
Rencana ke Depan: Franchise dan Produk Sambal Botol
Kini, Raka sedang menyiapkan dua hal besar: membuka kemitraan (franchise) untuk cabang di luar Jakarta dan meluncurkan produk sambal botolan “Lara Pedas” yang bisa dijual online ke seluruh Indonesia.
Ia juga mulai membuat konten YouTube tentang perjalanannya membangun bisnis kuliner dari nol, untuk berbagi pengalaman kepada pelaku UMKM lain yang sedang berjuang.
“Saya ingin ‘Lara Pedas’ tidak hanya jadi tempat makan, tapi juga inspirasi untuk anak-anak muda bahwa bisnis itu bisa dimulai dari kecil, asal konsisten dan mau belajar,” ujarnya penuh semangat.
Penutup
Kisah Raka dan “Lara Pedas” adalah cermin nyata dari semangat UMKM Indonesia: pantang menyerah, kreatif, dan adaptif terhadap zaman. Dari gerobak kecil hingga jadi brand yang dikenal, perjalanan ini mengajarkan bahwa di balik kesulitan selalu ada peluang—asal kita jeli melihatnya.
Dengan memanfaatkan strategi digital marketing, kualitas produk, dan hubungan yang kuat dengan pelanggan, Raka membuktikan bahwa siapa pun bisa sukses membangun bisnis, meski dari nol sekalipun.
“Jangan tunggu punya modal besar atau tempat strategis. Mulai aja dulu, dari yang kecil, yang penting jalan dan terus belajar.” – Raka Permana
Baca Juga : Dulu Sepi, Sekarang Panen Order! Semua Gara-Gara Fitur Iklan