UMKM di Bangka Belitung Terkendala Marketing: Potensi Besar Belum Tergarap Maksimal

#Iklans – #BangkaBelitung, provinsi kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, keindahan alam, serta budaya lokal, memiliki potensi #ekonomi yang luar biasa melalui sektor #Usaha #Mikro, #Kecil, dan #Menengah (UMKM). Sayangnya, di tengah melonjaknya pertumbuhan #UMKM #nasional, para pelaku usaha di Bangka Belitung masih menghadapi satu kendala utama yang sangat serius yaitu #pemasaran (#marketing).
Masalah ini bukan hanya terjadi pada satu-dua pelaku usaha, tapi menyebar luas di berbagai sektor seperti kuliner khas, kerajinan, batik cual, hasil laut, dan produk pertanian lokal. Padahal, bila dikelola dengan strategi pemasaran yang tepat, produk-produk lokal dari Bangka Belitung ini bisa bersaing secara nasional bahkan ekspor ke mancanegara.
Baca Juga : Kisah Sukses UMKM yang Beriklan: Dari Usaha Kecil, Kini Mendunia
1. Potensi Produk UMKM di Bangka Belitung
Beragam produk UMKM khas Bangka Belitung memiliki karakteristik yang unik dan menarik. Misalnya:
- Batik Cual yang merupakan batik khas daerah dengan motif budaya dan alam laut.
- Kerupuk kemplang dan keripik sukun, camilan khas yang sudah akrab bagi masyarakat Sumatera bagian Selatan.
- Sambal lingkung, sajian laut khas daerah yang terbuat dari ikan yang dicampur rempah khas Melayu.
- Produk perikanan seperti ikan asin, terasi, dan hasil laut kering lainnya.
- Kerajinan anyaman, tas rotan, serta produk daur ulang yang ramah lingkungan.
Produk-produk tersebut sangat menjanjikan dari sisi nilai jual dan daya saing, namun sayangnya banyak yang hanya dijual dalam lingkup lokal dan belum dikenal di luar Bangka Belitung karena lemahnya strategi pemasaran.
2. Masalah Utama: Minimnya Literasi Marketing
Salah satu kendala paling menonjol adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya marketing, terutama pemasaran digital. Banyak pelaku UMKM masih mengandalkan sistem penjualan konvensional, seperti:
- Menitipkan produk di warung atau toko lokal
- Menjual langsung di rumah atau pasar tradisional
- Bergantung pada pameran atau bazar musiman
Seperti diungkapkan oleh Ibu Nurma, seorang pelaku UMKM keripik di Pangkalpinang:
“Saya tahu sekarang orang banyak belanja online, tapi saya belum bisa. Tidak tahu caranya pasang produk di internet. Saya juga tidak punya anak yang bisa bantu.”
Pernyataan ini menunjukkan bahwa literasi digital dan pemasaran masih menjadi tantangan besar. Padahal, platform seperti Instagram, Facebook Marketplace, Tokopedia, Shopee, dan TikTok Shop kini menjadi saluran utama bagi banyak pelaku usaha di Indonesia untuk memasarkan produknya.
3. Akses Teknologi dan Infrastruktur Terbatas
Selain literasi, faktor akses juga memengaruhi kemampuan pelaku UMKM dalam menjalankan strategi marketing yang efektif. Beberapa wilayah di Bangka Belitung masih menghadapi keterbatasan infrastruktur seperti sinyal internet yang lemah, akses pelatihan terbatas, hingga biaya logistik yang tinggi untuk pengiriman barang.
Di pulau-pulau kecil seperti Pulau Lepar atau Pulau Pongok, banyak UMKM yang kreatif namun belum dapat menjangkau pasar yang lebih luas karena sulitnya akses pemasaran, baik secara offline maupun online. Hal ini membuat produk hanya berputar di pasar lokal, tanpa ekspansi.
4. Tidak Ada Branding dan Kemasan Menarik
Pemasaran bukan hanya soal menjual produk, tetapi juga soal bagaimana membangun citra (brand) yang menarik dan melekat di hati konsumen. Banyak produk UMKM Bangka Belitung yang sebenarnya berkualitas, namun:
- Tidak memiliki nama merek (brand)
- Kemasan seadanya dan belum memenuhi standar
- Tidak ada informasi kontak, media sosial, atau sertifikasi (BPOM, halal)
Tanpa branding dan kemasan yang kuat, konsumen sulit untuk percaya dan mengingat produk tersebut. Di era visual seperti sekarang, kemasan menjadi faktor utama yang memengaruhi keputusan membeli.
5. Kurangnya Pendampingan dan Pelatihan Berkelanjutan
Program pelatihan dari pemerintah atau lembaga swasta memang sudah ada, namun belum merata dan masih bersifat insidental. Banyak pelaku usaha mengaku belum pernah mengikuti pelatihan marketing atau kewirausahaan karena:
- Lokasi pelatihan jauh dari tempat tinggal
- Informasi pelatihan tidak sampai ke daerah mereka
- Tidak ada pendampingan lanjutan setelah pelatihan selesai
Tanpa pendampingan berkelanjutan, pelaku UMKM hanya mendapatkan informasi dasar yang belum cukup untuk mengubah strategi usaha mereka.
Baca Juga : Mengenal Dunia Marketing: Strategi, Perkembangan, dan Tantangannya di Era Modern
6. Bazar dan Event Hanya Musiman
Bazar atau pameran sering menjadi satu-satunya momen pelaku UMKM bisa menjual dalam jumlah besar dan mendapatkan exposure. Namun, kegiatan ini bersifat musiman dan belum dibarengi dengan follow-up pemasaran jangka panjang.
“Setelah bazar selesai, penjualan kembali sepi. Tidak tahu harus promosi kemana,” ujar Pak Dedi, pengrajin rotan dari Bangka Barat.
Artinya, masih belum ada integrasi antara kegiatan offline dengan saluran digital agar pelanggan bisa tetap membeli di luar event.
7. Perlu Kolaborasi dan Dukungan Multi-Pihak
Permasalahan pemasaran UMKM tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Dibutuhkan kolaborasi antara:
- Pemerintah daerah: memberikan program pelatihan, pendampingan, dan akses pasar
- Swasta: menjadi mitra distribusi atau platform promosi
- Komunitas kreatif dan digital: membantu UMKM membangun branding, konten, dan media sosial
- Generasi muda: dilibatkan sebagai penggerak digitalisasi UMKM lokal
Sebagai contoh, program “UMKM Go Digital” berbasis desa yang melibatkan mahasiswa KKN, relawan digital, dan dinas koperasi bisa menjadi solusi konkret untuk membekali pelaku UMKM secara langsung.
8. Bangka Belitung Punya Peluang Ekspor
Dengan strategi marketing yang tepat, produk UMKM Babel punya peluang besar untuk masuk ke pasar nasional bahkan ekspor. Produk olahan laut seperti ikan kering, kerupuk, dan sambal khas sangat diminati pasar Asia Tenggara. Begitu pula dengan kerajinan tangan, batik cual, dan madu kelulut.
Namun untuk bisa masuk ke pasar yang lebih besar, UMKM perlu memahami:
- Cara mengikuti pameran internasional
- Persyaratan ekspor (kemasan, sertifikasi, dan izin)
- Strategi branding yang disesuaikan dengan selera pasar global
Pemerintah provinsi dan kementerian terkait bisa mengambil peran lebih aktif dalam menjembatani akses pasar luar negeri bagi pelaku UMKM lokal.
Kesimpulan: Saatnya UMKM Bangka Belitung Naik Kelas Lewat Marketing
UMKM adalah tulang punggung ekonomi lokal di Bangka Belitung. Namun tanpa marketing yang kuat, potensi luar biasa yang dimiliki produk lokal tidak akan pernah berkembang secara maksimal.
Kini saatnya pelaku UMKM di Bangka Belitung mendapatkan perhatian lebih dalam pengembangan strategi pemasaran, baik melalui teknologi digital maupun pendekatan tradisional yang lebih sistematis.
Dengan sinergi lintas sektor dan dukungan nyata, pelaku UMKM tidak hanya bisa bertahan, tapi naik kelas dan bersaing di pasar nasional hingga global. Marketing bukan lagi hambatan, tapi bisa menjadi senjata utama pertumbuhan ekonomi daerah.
Baca Juga : Strategi Marketing Online yang Efektif untuk UMKM