Iklans

05 Jul
Tips dan Trik
84 views
0 Comments

Pakar di Bagian Pemasaran Bocorkan Kunci atau Cara Mengelola Brand secara Berkelanjutan

Pakar di Bagian Pemasaran Bocorkan Kunci atau Cara Mengelola Brand secara Berkelanjutan

#iklans.com#Tips dan Trik – Ditengah ketatnya #persaingan #antar brand di #indonesia, penting banget buat mengetahuai Kunci atau Cara Mengelola Brand secara Berkelanjutan. Banyak perusahaan yang memahami pentingnya membangun brand, tetapi kurang memberi perhatian terkait mengelola brand secara berkelanjutan.

Fokus sering kali tertuju pada elemen awal seperti logo, slogan, dan kampanye promosi. Padahal, tantangan sesungguhnya adalah menjaga relevansi dan kekuatan merek di tengah perubahan pasar yang cepat. Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. & Marketeers menekankan bahwa brand adalah aset yang hidup.

Baca juga: Masa Depan Marketing Ada di Keseimbangan, Data is King, Empati is Queen

Untuk menjaga nilai dan daya tariknya, merek harus terus dipelihara secara strategis. Tantangannya, tidak sedikit perusahaan yang terjebak dalam keputusan reaktif dengan melakukan perubahan yang tidak terukur hanya demi mengejar target jangka pendek atau merespons langkah kompetitor.

Akibatnya, konsistensi brand melemah, dan posisi merek di benak konsumen menjadi tidak jelas.

Branding adalah maraton, bukan sprint. Konsistensi adalah prinsip pertama yang harus diperjuangkan,” tegas Iwan dalam program ANALISIS Special Edition Branding #3 Managing Brands Over Time 

Konsistensi yang dimaksud bukan berarti mempertahankan bentuk yang sama tanpa perubahan, melainkan menjaga benang merah identitas sembari tetap relevan dengan perkembangan zaman. Menurut Iwan, brand perlu beradaptasi dan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan utama, yakni brand lettering, brand rejuvenation, serta brand premiumization.

Baca juga: Merancang Campaign yang Tepat Sasaran Adalah Salah Satu Kunci Sukses

Masing-masing pendekatan bertujuan menjaga relevansi merek tanpa mengorbankan esensi yang telah dibangun. Melalui pendekatan brand lettering, perusahaan mendorong brand untuk berkembang dari hanya menawarkan manfaat fungsional menjadi menyentuh aspek emosional konsumen.

“Contohnya adalah Dove, yang tidak lagi hanya menyoroti manfaat pelembap, tetapi juga menyampaikan pesan tentang kecantikan yang inklusif dan pemberdayaan perempuan. Dengan narasi yang lebih dalam, brand mampu menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat,” ujar Iwan.

Sementara itu, brand rejuvenation atau penyegaran merek dibutuhkan agar merek tetap menarik bagi audiens baru. Iwan menyoroti bagaimana GAP memanfaatkan platform, seperti TikTok dan menjalin kolaborasi dengan influencer untuk menjangkau generasi muda.

“Penyegaran yang dilakukan GAP ini menunjukkan pentingnya menyesuaikan strategi komunikasi dan distribusi agar tetap relevan dengan perilaku konsumen masa kini,” kata Iwan.

Di sisi lain, pendekatan premiumization dilakukan untuk meningkatkan persepsi nilai brand. Strategi ini mencakup pengembangan produk dengan kualitas lebih tinggi, desain kemasan yang lebih eksklusif, hingga peluncuran edisi terbatas.

Baca juga: Cara Bangun Brand Lebih Kuat lewat Promotion

“Ketika konsumen naik kelas, maka brand juga harus ikut naik kelas. Jika tidak, mereka bisa tertinggal di segmen bawah selamanya,” ucap Iwan.

Meski adaptasi diperlukan, setiap perubahan tetap harus melewati proses evaluasi yang Iwan sebut sebagai consistency check. Pemilik merek perlu mengajukan tiga pertanyaan kunci sebelum mengeksekusi strategi baru: Apakah konsumen akan merasa bingung? Apakah brand kehilangan otentisitasnya? Apakah persepsi terhadap nilai brand menurun?

Jika salah satu jawaban adalah ya, maka strategi tersebut perlu dikaji ulang. Di samping itu, mengelola brand dari waktu ke waktu juga berkaitan erat dengan strategi pertumbuhan.

Iwan menggarisbawahi empat pendekatan pertumbuhan brand yang lazim diterapkan, yakni line extensionvertical stretchbrand extension, dan cross-category co-branding. Lego menjadi salah satu contoh sukses dalam menerapkan seluruh pendekatan tersebut, mulai dari menciptakan lini produk baru, memperluas kategori ke video game dan taman hiburan, hingga berkolaborasi lintas industri dengan IKEA.

Brand harus tumbuh, tetapi tidak boleh kehilangan arah. Pertumbuhan yang tidak selaras dengan identitas hanya akan melemahkan fondasi yang sudah dibangun,” tutur Iwan.

Di tengah perubahan pasar yang cepat dan ekspektasi konsumen yang terus berkembang, mengelola brand menjadi proses berkelanjutan yang memadukan konsistensi dan adaptasi. Brand yang berhasil bukanlah yang selalu berubah, tetapi yang tahu kapan harus menjaga warisan, dan kapan harus bergerak mengikuti arah baru.

Tags: , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan Balasan